Sunday, July 5, 2009

Menjerat Anjing

Kolom Serat
Harian Suara Merdeka
Tanggal 5 Juli 2009
Cerpen S Prasetyo Utomo


BERTARUNG dengan degup jantungnya sendiri,Sakri membawa seutas tali,sebagai penjerat leher anjing.Hari gelap,pelabuhan tanpa ombak,tanpa mendung,Kapal-kapal dan perahu rapat berlabuh.Bergoyang-goyang kecil,seperti kebimbangan yang mengayun-ayun hati Sakri.pertarungan hatinya menjerat seekor anjing yang berkeliaran di pelabuhan ,meski tak membangkitkan pergolakan ,mengayun-ayun kesadarannya.
Seekor anjing hitam mengendus tulang di bak sampah.Sakri melempar jerat tali ke leher anjing itu.Teringat ia wajah bos yang angker,yang tak pernah mau menegurnya .Wajah bos angkuh,dingin,dan sinis menatapnya.Wajah yang tak mau peduli,dan selalu berkata ketus,”mau apa kau menghadapku?”
Sebagai tukang kebun,yang hidup serba kekurangan,ia meminta dengan wajah menunduk,”Sudah bertahun-tahun saya mengabdi,tapi belum juga mendapatkan gaji yang layak.”
Tanpa menatap wajah sakri,atasan itu tetap membisik bicara,”Kaupikir ini perusahaan nenek moyangmu,yang bisa memberikan kenaikan gaji setiap saat.kalau kau masih ingin bekerja di sini,bekerjalah.Kalau memang ingin keluar,boleh keluar!”
Dada sakri hangus.Ingin dia menyoobek mulut lelaki angkuh yang duduk di hadapannya.Dia bangkit,meninggalkan ruangan,dengan dada terbakar kebencian.Sumpah-serapahnya tumpah,dalam gumam yang tak jelas,yang terbawa terus ke mana pun dia pergi.
Saat ia menjerat leher anjing,yang dibayangkan menjerat leher atasannya itu.Suara anjing yang melengking-lengking dalam karung,membuat Sakri melampiaskan dendam yang menyesakkan dada.Ia suka akan lengkingan anjing itu,tubuh yang berkelejatan,dan dalam keadaan hidup-hidup,dibawanya pada penjual sate anjing.Menerima uang.Tanpa dilihat uang itu ,dilipat,dan dimasukkannya dalam saku.Tiba di rumah,buru-buru diberikan lipatan uang itu pada Sarkem,istrinya,yang nyalang matanya menanti kepulangannya.perempuan itu tak bertanya dari mana uang didapatkan.Ia membelanjakanuntuk membeli makanan,kopi,rokok,beras dan kebutuhan sehari-hari.

Sambil mencecap kopi,menghisap rokok,sakri memandangi sarkem yang melahap makanan dengan rakus,dan tak henti-henti.Semenjak mengandung,perempuan itu tak pernah berhenti makan,dan senantiasa merasa lapar.selalu makan,dan sepasang matanya kian tajam beringas,menyerupai pancaran mata anjing!Bila perempuan itu berjalan di lorong gang,anjing-anjing menggonggong di belakangnya.Sarkem tidak terganggu.
Ia menikmati gonggongan itu.
------------------------
TALI jerat yang dilemparkan ke leher anjing,senantiasa luput.Anjing itu menghindar.Dengan sekali gerak,anjing itu dapat mengelak.Seperti meledek sakri,anjing itu tetap di dekatnya.Berdatangan beberapa anjing lain,bergerombol,mencari tulang-tulang di bak sampah.Anjing-anjing itu menggonggong,saat sakri mendekat.Dari jarak yang agak jauh,tali jerat itu tak dapat mencapai leher anjing.
Hampir larut malam,Sakri belum juga mendapatkan seekor anjing.Dicarinya pentungan dan ditemukannya kayu,keras, dan liat.Didekatinya gerombolan anjing yang mencari tulang-tulang.Diayunkannya dengan kekuatan yang penuh.Menghantam salah satu kepala anjing.Seketika anjing-anjing yang lain berbalik arah.Menyergap sakri.menggigitnya dengan taring-taring tajam.Mengoyak daging.Mencabik-cabik ganas.
Teriakan-teriakan sakri di antara gonggongan dan gigitan anjing telah menyebabkannya kalap.Ia meraung-raung.Sama seperti dialaminya sebulan silam,saat ia diculik.Disekap dalam gua gelap pengap.Dipukuli orang-orang bertopeng anjing hitam,berjubah hitam.Orang-orang itu melolong mendengar rintihannya.
“lebih baik kaujual tanah itu.Apalagi yang kaunanti?”
Tendangan lelaki kekar bertopeng anjing,keras menghunjam perut sakri.
“Tanah warisan itu tak kan kujual!”tukas Sakri
Tendangan yang lebih keras menghentak ke ulu hati Sakri.”Kau cari mati!” Lelaki muda itu menahan sesak pada dadanya.Sekujur tubuhnya mengejang.tak lagi bisa mengerang.
“Akan kaujual tanahmu,atau tidak!?”
“ya,ya.”
Tersengal-sengal,Sakri merasakan nyeri dalam dada.Menganggguk-angguk,dan berharap tidak lagi mendapat tendangan.
“Nah,begitu sejak tadi kan gampang!”seru seorang bertopeng anjing-yang paling kekar-dengan suara lega.
Ulu hati Sakri kembali ditendang.Menggelepar.Tak lagi sempat berteriak.Gelap seketika.

Gonggongan anjing bersama.Ia terkapar di tepi pantai.Taring anjing-anjing mencabiknya.
Taring anjing-anjing mencabik daging Sakri.Menerkam bersamaan.Ia angkat pentungan yang digenggamnya.Kemarahan telah membangkitkan kekuatan yang tak terduga.Seekor anjing telah berkelejatan.Remuk kepalanya.Tiap anjing yang terhantam pentungannya,bergelimpangan,menjauh terseok-seok,dengan ketakutan dan menahan rasa sakit.KINI sakri yang memburu anjing-anjing itu.Ia tak mau lagi lari ketakutan,diburu anjing-anjing liar,dalam tubuh menggigil dan daging tercabik-cabik luka.Terasa pedih di ulu dada.
Seekor anjing tergeletak dengan kepala berlelehan darah.Ia merasa baru saja bertarung dengan lelaki-lelaki bertopeng anjing hitam yang menganiayanya dalam gua gelap yang tak pernah terlacak dalam benaknya.Lelaki muda itu tersenyum sinis.Memasukkan anjing dalam karung.Membawanya pada penjual sate anjing.
-----------------------
LANGIT mendung tanpa hujan.Angin berpusar kehilangan arah.Anjing menggonggong bersamaan dari segala arah.Laut berdebur.Bergemuruh.Sarkem menjerit-jerit kesakitan.Menanti kelahiran anak mereka.Dukun bayi menenangkannya.Memeluk erat tubuhnya.
Ketenangan dukun bayi itu menjaga kelahiran bayi Sarkem,meredam pusaran angina di luar rumah.Sarkem tak lagi meraung-raung.Ia memang masih menjerit-jerit kesakitan.Masih mengejang.Berpeluh.Tapi tak lagi meraung-raung.Dukun bayi itu-perempuan setengah baya,kurus-dengan tulang-tulang dan dagung yang liat,tak pernah berhenti berkomat-kamit.Matanya terpejam.Angin tak juga reda berpusar.anjing menggonggong di kejauhan.Melengking.Guruh terus menggelegar.Menggetarkan langit.
Tangis bayi itu didengar Sakri,yang berdiri merapuh didepan pintu,terperanjat,gugup,dan mengatupkan telapak tangannya ke muka. Tak tahan lagi ia.Tubuhnya gemetar.Menanti dukun bayi itu.Perempuan kurus setengah baya itu keluar dari pintu kamar yang melapuk tua.Menggendong bayi.Tampak bayi itu seperti seekor anak anjing.mata terpejam.Tapi mulut dan hidungnya,tampak sebagai mulut dan hidungnya,tampak sebagai mulut dan hidung seekor anjing.Tidak menangis sebagaimana bayi manusia.Tangisnya serupa lolongan bayi anjing.
Dukun bayi itu mengulurkan bayi lelaki itu dalam rengkuhan tangan Sakri.Bimbang,termangu,Sakri menerima bayinya dalam timangan.Ia tidak bahagia dengan bayi lelaki serupa ini.Tapi ia tak mungkin meratap.
Sarkem masih terkapar.Lelap dalam pingsan.
------------------------

LENYAP bayi laki-laki Sakri.Tergeragap dari tidurnya,ia terjaga,mencari bayi lelakinya.Tapi bayi itu tak ada lagi di sisi Sarkem.Tertidur pulas dalam lelap,Sarkem tak sadar sama sekali,bayi lelakinya lenyap dari pelukan.
Tengah malam itu Sakri keluar rumah.Tanpa menyisakan kegaduhan ,Sakri menyusuri lorong gang.Mencari penculik bayi lelakinya.Bulan berkabut dan tampak bayang-bayang lelaki bertopeng anjing,menimang bayi,lenyap di tikungan gang.Ia merasakan kecemasan yang menggugupkan.
Diburunya lelaki bertopeng anjing itu.Lenyap.Gesit sekali.Ia berbelok ke arah tanah warisan yang telah dijualnya.Dia tak mau tahu,pabrik apa yang sedang didirikan di atas tanah lahan warisan ayahnya.Beberapa lelaki bertopeng anjing muncul bersamaan menyergapnya.Salah seorang memukul tengkuknya.Ia terkapar.Tak sadarkan diri.
Saat siuman,Sakri sudah menduga,ia berada di dalam gua.Berhadapan dengan lelaki-lelaki kekar bertopeng anjing hitam berjubah hitam.Dalam gelap gua yang lelbab,dengan tetes air yang dingin di keningnya,lelaki muda itu tergeragap bangkit.Mengenali lelaki-lelaki yang dulu menyiksanya.
“Mana bayiku?”
Lelaki-lelaki kekar bertopeng anjing itu menghantam dan memukulinya.Sakri tak mau mengeluh.Tak mengaduh.Ia menahan nyeri itu dalam dada.Menahan nyeri dalam degup jantungnya.
“Apa lagi yang kalian inginkan dariku?”
“Rumahmu!Jual saja rumahmu!”
“Kami mesti tinggal dimana?”
“Itu bukan urusan kami!”Tendangan yang keras menghantam ulu hati Sakri.Ia tergeletak.Mengejang.Tak lagi bisa berkata apa pun.Cuma mengangguk-angguk.Hingga sebah tendangan membuatnya gelap sama sekali.
Tergeletak pingsan.Tak melihat apa pun,kecuali pusaran kabut hitam.
--------------------------
TERGAGAP bangun Sakri.Ia berada di pelataran rumahnya.Bayi lelakinya berada di sisinya.Terbaring dalam tanah.Tak menangis.Tergagap bangun ia.Membawa bayi lelakinya memasuki rumah.tapi bayi itu melolong-seperti anak anjing-saat hendak dibawanya masuk rumah.Sarkem menghambur keluar rumah.Menggendong bayi lelakinya dengan kecemasan.
Menjelang fajar,mereka masih duduk di lincak depan rumah.Sarkem tak ingin bertanya lagi,di mana ditemukan bayi mereka.Ia bisa bercanda dengan bayinya,yang pancaran mata,bentuk hidung dan mulutnya serupa anak anjing.Ia tetap mendekap bayi itu dalam dada.Menyusuinya.
Dari balik pagar pabrik yang sedang dibangun,dekat di rumah mereka,Sakri mendengar suara bosnya sedang berbincang-bincang dengan seorang lelaki yang dikenalinya sebagai lelaki kekar bertopeng anjing hitam.
‘Bagaimana?Sakri akan menjual rumahnya?” suara bos tajam pada fajar pagi itu.
“Tentu.Ia akan menjual rumahnya.”
“Jangan sampai tahu,kalau akulah yang merampas tanah dan rumahnya.”
“Dia tak akan pernah tahu hal itu.”
------------------------------
MENEMPATI rumah kontrak,Sakri,Sarkem,dan bayinya,mesti berhimpit pada sepetak kamar.Sakri makin sering berkeliaran ke pantai.Menjerat anjing dengan tali.Menghantam kepala binatang itu dengan kayu.Ia ingin menjerat kepala bos dan menghantamnya dengan pentungan.
Saat istri dan anaknya tak didapatinya lagi di rumah kontrak,Sakri tak perlu mencari kemana pun.Ia mengambil tali jerat anjing,karung dan pentungan kayu.Ia melangkah menuju gua.Di sanadia dua kali dianiaya lelaki-lelaki bertopeng anjing hitam.Ia tak ingin lagi dianiaya.Akan dijeratnya dengan tali lelaki-lelaki bertopeng anjing hitam itu.Dipukulnya dengan kayu.Dimasukkannya dalam karung.
Pandana Merdeka,Desember 2008

Sunday, February 22, 2009

Anjing Tuan Dakrip

Kolom Serat
Harian Suara Merdeka
Tanggal 22 Februari 2009
Cerpen Tjahjono Widijanto



BUNUH!Bakar!Bikin erwe,1)buat rica-rica,kita makan ramai-ramai!”
“Sogok pantatnya,sate!Panggang hidup-hidup!”
“Jangan,kuliti saja hidup-hidup biar tahu rasa!”
“Cungkil saja mata dan lidahnya…!”
Dakrip yang sedang jogging ditemani anjing pudel kaget mendengar teriakan-teriakan itu.Dia lihat banyak orang berkerumun di sebuah halaman rumah.Penasaran Dakrip menyibak kerumunan.Matanya melotot melihat orang-orang itu sedang beramai-ramai memukuli dan melempari seekor anjing hitam kurus kudisan yang mengaing-ngaing kesakitan.
“Ada apa,Pak?”tanyanya kepada seorang bertubuh kurus di sampingnya.
“Anjing itu daden-daden 2),kirik pesugihan,3)Dua hari menyanggong 4) sekarang kami berhasil menangkapnya,”sahut orang itu sambil melempar batu sebesar kepalan.Anjing itu terlonjak dan melengking keras.
“Anjing daden-daden?Darimana Sampean tahu itu anjing daden?”
“Anjing itu tiap malam selalu muncul lalu menggosok-gosokkan tubuh di pojok-pojok rumah,esoknya pasti si empunya rumah akan kehilangan uang simpanan.Si anjing sampai di depan majikan akan mengibas-ngibaskan ekor dan lembaran-lembaran uang berjatuhan dari tubuhnya.Sudah banyak yang jadi korban anjing keparat ini!”seorang bertubuh gemuk menjelaskan sambil menendang perut anjing itu keras-keras hingga terlonjak dan tambah keras mengaing.
Dakrip menatap anjing kudisan itu.Anjing yang terus mendengkik-dengkik itu juga menatap mata Dakrip.Bertatap-tatapan.Anjing itu anjing kampung biasa,berkulit hitam ditumbuhi kudis hampir merata di seluruh tubuh yang kurus ceking,jauh berbeda dari pudel,juga anjing-anjing lain di rumah.Matanya tergenang air.Dakrip dapat melihat dan merasakan betapa anjing itu menderita kesakitan dan terutama sekali diterjang badai ketakutan yang amat sangat.Mata anjing menatap lekat mata Dakrip dan genangan air di matanya menetes-netes.
“Ayo bakar saja!”teriak seseorang sambil melemparkan batu sekepalan tangan tepat mengenai moncongnya.
“Bakar,bakar!Ayo,mana bensinnya!”teriak yang lain.
Dan seseorang maju mengguyur anjing itu dengan sebotol bensin.Anjing itu ketakutan setengah mati.Kaki tak sanggup menyangga tubuh,menggelosot ke tanah.Matanya yang bengkap berdarah menggenang air.Dakrip tak tahan lagi.Ia seperti mendapatkan tenaga gaib meloncat menyibak kerumunan dan mendekap anjing itu erat-erat.Dua makhluk bertangis-tangisan.Dakrip menangis tiarap mengiba-iba memohonkan ampun anjing itu.Orang-orang ternganga memandang penuh curiga.Dakrip tak peduli.Terus menangis dan mengiba.Bahkan di tamengi anjing itu dengan tubuhnya yang gemuk.Akibatnya batu-batu,kayu,pukulan dan tendangan mendarat dengan sempurna di tangan,kaki,tubuh,bahkan wajah Dakrip.Anjing pudelnya turut pula terkaing-kaing terkena lemparan salah sasaran.dakrip berdarah-darah tapi makin tak peduli dan terus mengiba sambil mendekap anjing kudisan itu.Orang-orang lama-lama jadi bosan,satu demi satu meninggalkannya.
Lapangan sepi.Tinggal Dakrip dan anjing kudisan terisak-isak berangkulan.Setelah tangisan reda ,diperhatikan benar anjing itu kira-kira berumur delapan bulan.Kulitnya hitam dengan kudis warna putih disana-sini seperti peta buta.Badannya bau sengak,penuh luka,darah,asap dan debu.beberapa kutu hilir mudik di sela-sela tonjolan tulang yang hampir merata di seluruh tubuhnya.
Anjing itu mendekatkan muka dan moncong,mencium dan menjilat basah wajah Dakrip seakan-akan mengucapkan terima kasih.dakrip mulanya risih dengan baunya yang apek,tapi lama-lama merasakan betapa jilatan itu amat tulusnya berbeda dari jilatan anjing-anjing peliharaannya yang lain.Dakrip merasa nyaman dan berbahagia.Anjing itu ia bawa pulang.Dakrip sudah lupa sama sekali dengan pudelnya.

SEBELUM kejadian itu tak ada yang aneh pada diri Dakrip.Warga mengenalnya sebagai orang kaya dan berpendidikan yang mempunyai hobi memelihara berbagai jenis hewan.Rumahnya terbilang megah di pusat kota penuh dengan binatang piaraan berbagai jenis mulai yang jinak seperti anjing,kucing,kelinci,marmot,ayam,berbagai burung,ikan laohan,kambing,kuda,sampai binatang buas semacam harimau dan ular.
Yang paling banyak adalah anjing.Berbagai jenis anjing ada dirumahnya.Ada yang blasteran anjing kampung dan chow-chow ,ada jenis labrador,ada anjing herder,Doberman,dan ada pula anjing pudel.Semuanya bersih,rapi tampan dan gemuk-gemuk karena makanannya mahal dan full gizi melebihi makanan anak-anak tetangganya.
Badan anjing-anjing itu senantiasa bersih dan wangi karena tiap pagi-sore dimandikan satu-satu.Selepas senja sesudah kenyang,anjing-anjing itu merubungnya dan berlomba-lomba menjilati kaki dan tangannya.
Sampai di rumah segera terjadi keributan besar.Binatang-binatang peliharaannya menjerit-jerit menerima kedatangan anjing kudisan itu.Terlebih lagi anjing-anjing peliharaannya.Mereka menyingkir jauh-jauh dari pendatang baru yang penampilannya menjijikan itu.Anjing-anjing mengelompok melakukan rapat darurat.Lalu dua ekor anjing,satu jenis herder yang satu doberman dengan gagah mendatangi anjing berkudis,mengitari dan menyalaki dengan nada mengancam.Anjing pendatang baru gemetar bukan buatan.Tubuh kurusnya tak sebanding dengan kebesaran herder dan keganasan dobermen.Untung Dakrip muncul membawa makanan.Herder dan dobermen itu dibentak dengan marah.Keduanya menggonggong mundur sambil melipat ekor.
Semenjak itu terjadi perang dingin dalam diri binatang-binatang piaraan Dakrip.Kelompok anjing-anjing lama yang gemuk-gemuk,bersih dan tampan-tampan berseberangan dengan si anjing kampung hitam kurus berkudis.Dakrip semakin hari semakin enjoy dengan si kudis.Dia amati anjing kampung kudisan itu punya sifat berbeda dari anjing-anjing lain.Si kudis tak pernah rewel diberi makan apa saja.Sangat berbeda dari anjing-anjing tampan lain yang selalu rebut protes jika merasa makanannya kurang banyak atau kurang enak.Si kudis setiap pagi siang dan sore selalu menjilati tubuh Dakrip dengan setia.Ini berbeda dari anjing-anjing lain yang hanya suka bermanja-manja dan menjilati tangannya jika saat menginginkan makanan saja atau selepas senja sesudah kenyang diberi makan.dakrip berkesimpulan anjing kurus kudisan itu lebih jujur dibanding anjing-anjing lain yang gemuk dan tampan.Akhirnya Dakrip memberika semua anjing piaraannya yang gemuk dan mahal-mahal itu pada kenalan atau kerabatnya.Di rumahnya yang besar hanya ada Dakrip dan anjing kurus kudisan.
Kehadiran si kudisan menyadarkan Dakrip selama ini telah bertindak diskriminatif terhadap anjing-anjing kampung yang banyak ber-kleleran5) di kota. Dakrip makin jatuh hati pada si kudis.Mereka bersenyawa sehidup semati tak berpisah sehari pun.

Suatu malam Dakrip bermimpi mendapat perintah suci untuk menyelamatkan anjing-anjing kampung yang menggelandang di kota.Dakrip yakin mimpinya itu wahyu dari langit yang harus dilakukan dan ia langsung teringat cerita tentang Yudistira yang berhasil naik sorga karena bersetia dengan anjing.
Bersama sahabatnya,si kudis,ia mulai menjalankan tugas suci menyelamatkan anjing-anjing kampong yang sering diburu dan diculik penduduk untuk dimasak dan dijual dagingnya.Pernah pada suatu siang Dakrip melihat dua orang berboncengan motor menangkap seekor anjing menjerat lehernya dengan seutas tambang lalu menyeretnya dengan kecepatan tinggi.Dakrip segera memburu dengan mobil,menggasak keduanya,dia rebut anjing itu dan dibawa pulang.
Semakin hari semakin bertambah anjing-anjing yang ikut dia.semua anjing kampung liar yang tak terawat.Dakrip merasa tenteram sejahtera setiap kali melihat anjing-anjing itu.
Berbeda dari tetangga-tetangganya.Mereka resah,anjing-anjing itu menyebarkan bau tak sedap dan mereka ketakutan terkena rabies.Bersama Ketua RT mereka protes.Dakrip cuek saja.Akhirnya mereka melapor Bupati,dan suatu siang yang terik bersama Pak Bupati mereka berbondong-bondong mendatangi rumah Dakrip.
“Pak Dakrip,saya atas nama warga meminta dengan hormat agar Anda tidak lagi memelihara anjing-anjing itu di rumah Bapak,”kata Pak Bupati dengan nada berat.
“lho memangnya kenapa,Pak?Ini kan rumah saya,jadi apa pun yang saya lakukan adalah hak saya,”Dakrip menjawab dengan tegas.
“Benar ,Pak,tetapi penduduk kota ini terganggu dengan bau anjing-anjing kotor itu.Pak Dakrip kan dapat memelihara binatang lain.Ikan hias,ayam,itik atau apa saja,yang penting jangan anjing kotor dan bau itu.”
“Maaf pak Bupati,saya lebih suka memelihara anjing.Mereka lucu-lucu tidak kalah indah dari ikan laohan yang mahal itu.”
“Kalau begitu kenapa Pak Dakrip tidak membeli dan memelihara anjing impor dan ras pilihan saja?Misalnya dobermen,herder,chow-chow ,atau apalah .Anjing pemburu juga boleh ,asal jangan anjing-anjing baud an penyakitan itu?”
“Saya dulu pernah memelihara anjing-anjing yang Bapak Bupati sebutkan tadi tapi saya tidak merasa senyaan dan sebahagia seperti sekarang ini.Anjing-anjing kampung yang Bapak katakana kotor dan berpenyakitan itu lebih penurut,lebih bersahaja,dan lebih taat.Mereka tidak neka-neka.Diberi makan apa saja oke.”
“Ya,Pak Dakrip.Tapi Bapak harus tahu anjing yang kotor dan bau,apalagi kudisan seperti anjing-anjing Bapak itu membawa penyakit anjing gila.Nanti kalau orang-orang ini digigit bisa kena penyakit rabies semua.Kalau Pak Dakrip yang digigit sih kita nggak apa-apa,kan Bapak memang sudah nggak waras! “teriak Pak Bupati tak kuat menahan amarah.
Dakrip langsung naik darah.Lupa siapa yang berdiri di depan.Meloncat berdiri dari kursi.Tangannya menuding wajah Pak Bupati dan kerumunan orang-orang di depannya.Teriaknya lantang seperti seorang yang sedang berpidato di lapangan.
“Bapak,Bupati.Pak Bupati telah bertindak diskriminatif pada anjing-anjing saya ini.Anjing tetaplah anjing.Meski pun wadaknya penuh kudis dan bau tapi hati dan nuraninya tetaplah nurani anjing.Mereka menghamba kepada pemiliknya karena fitrahnya .Mereka patuh dan taat kepada saya semata-mata karena menuruti kodrat mereka sebagai hewan.Tak ada pamrih atau protes.Mereka hanya menggonggong.Menggonggong karena mereka adalah anjing.Titik!Mereka menggonggong bukan karena apa-apa,hanya karena dikodratkan jadi anjinglah mereka menggonggong.Ayo,siapa diantara Bapak-bapak ini yang keihlasannya melebihi mereka?Ayo siapa diantara kalian yang melakoni hidup ini hanya karena berlandaskan titah semata sebagai manusia?Ayo ada nggak?Justru karena saya bukan anjing saya berusaha menerima mereka seperti apa adanya…!”
Belum selesai Dakrip berpidato,orang-orang menjadi tak terkendali.Mereka berteriak melempari merangsek maju mencoba menangkap dan memukuli Dakrip dan anjing-anjingnya.Dakrip tenggelam dalam keroyokan mereka.Wajah dan sekujur tubuhnya bengkak berdarah-darah.bahkan mereka berteriak-teriak hendak membakar dakrip hidup-hidup.Suasana karut-marut.Teriakan marah orang-orang bersahut-sahutan dengan salak anjing-anjing Dakrip yang mengaing-ngaing ketakutan.
Ajaib.Entah bagaimana Dakrip dan anjing-anjingnya bisa meloloskan diri dari kepungan massa yang marah.Dakrip diikuti anjing-anjingnya berlari kea rah luar kota.Orang-orang bersorak menang.Masih sambil berteriak memaki-maki mereka beramai-ramai membakar habis rumah Dakrip.Rumah megah beserta segala isinya itu ludes,gosong menjadi arang dan debu.Dakrip dan anjing-anjingnya lenyap ditelan bumi.
---------------------------
SEBULAN kemudian pada suatu sore yang lumayan panas,penduduk kota memperingati hari kemerdekaan.Mereka berduyun-duyun ke alun-alun melihat arak-arakan karnaval yang digelar rutin setiap tahun.Karnaval itu diikuti mulai dari setiap instansi pemerintah,perusahaan swasta,sampai anak-anak sekolah.Ada drum band,teletubies,reyog,kereta mini,dan banyak lagi.Meriah,mewah,dan gemerlap.
Tiba-tiba terjadi keributan luar biasa.Dibagian ekor karnaval itu seseorang muncul dengan rombongan anjing-anjing.Orang-orang langsung mengenal laki-laki itu tak lain Dakrip bersama anjing-anjingnya ratusan jumlahnya.Semua anjing kampong,kurus-kurus,kudisan,dengan air liur menetes-netes.Bau sengak bacin langsung menyergap.
Tapi ambooi!bocah-bocah malah berteriak mengelu-elukan.Bocah-bocah yang semula duduk manis menonton,seperti dikomando berontak melepaskan diri dari pegangan ibu,bapak,kakak,kakek,paman,dan babysiter.Mereka ikut berbaris dan bersorak-sorak bersama di belakang barisan Dakrip dan anjing-anjing.Bahkan ada yang bergelayut manja di punggung dan leher anjing-anjing itu.Anjing-anjing itu berjalan sambil menjilat-jilat tangan,kaki dan wajah bocah-bocah yang berjalan sambil menari-nari dan makin bertambah jumlahnya.Jalanan penuh dengan bocah-bocah dan anjing-anjing.Orang-orang diam terlongoh-longoh.Petugas keamanan blingsatan.Pak Bupati di tribun kehormatan jatuh pingsan…!

Catatan:
1)Erwe:daging anjing yang dipotong kecil-kecil dimasak bumbu pedas.
2)Daden-daden:jadi-jadian
3)Pesugihan:mencari kekayaan dengan bantuan mahluk gaib
4)Menyanggong:menjebak
5)Kleleran:Berkeliaran di jalan